Olahraga

'War on Drugs', Komjen Pol. Petrus Reinhard Golose: 'Smash on Drugs', Saya Suka Tenis Meja

 Sabtu, 17 Juni 2023 | Dibaca: 311 Pengunjung

BNN RI mengedukasi pencegahan dan 'perang' terhadap narkotika, melalui Smash on Drugs - International Table Tenis Championship 2023, Bali, mulai tanggal 17-21 Juni 2023.

www.mediabali.id, Badung. 

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), menekankan kembali bahwa sektor olahraga sebagai media untuk memberantas narkoba, khususnya bagi kalangan generasi muda di Indonesia. 

Kepala BNN RI Komjen Pol. Dr. Drs. Petrus Reinhard Golose, MM., mengapresiasi komponen penyelenggara dan sponsor-sponsor yang mendukung Smash on Drugs - International Table Tenis Championship 2023, Bali, mulai tanggal 17 s.d. 21 Juni 2023.

"War on Drugs, melalui Smash on Drugs, di mana kita menggemakan fungsi olahraga dan tentunya kita tidak bisa sendiri menanggulangi narkotika. Kita didukung berbagai stakeholder, baik itu di bidang kesenian dan olahraga. Saya suka tenis meja, bahkan di setiap Banjar di Bali ada tenis mejanya. Tadinya saya akan gelar lomba antar kampung, biar nanti di Tahun Politik orang-orang main tenis meja, jangan ribut konflik dan kita cegah narkotika. Olahraga rakyat dan murah," ujar Golose mantan Deputi Bidang Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (2015) dan Kapolda Bali (2016) ini usai membuka kegiatan Smash on Drugs di Auditorium Rektorat Kampus Universitas Udayana (Unud), Bukit Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali.

Sebagai tuan rumah di Indonesia, Smash on Drugs juga mengundang negara-negara pecinta tenis meja sebagai lawan tanding, seperti: China, India, Thailand, Malaysia, Singapura, Fillipina, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Jerman, hingga Belanda.

"Dalam rangka soft power, kita campaign (kampanye) melawan narkotika bisa kita gemakan dan dalam rangka Hari Anti Narkotika Internasional (HANI). Ke depan HANI juga akan diadakan di Bali, di Garuda Wisnu Kencana (GWK) untuk kita sampaikan pesan-pesan bersama seluruh Negara di dunia, khususnya yang tergabung dalam Commission on Narcotic Drugs (CND). Kita perang melawan narkotika, strategi saya bukan hanya lewat hard power, tetapi kita gunakan soft power approach, meliputi: prevention (pencegahan); empowerment (pemberdayaan); dan rehabilitation (rehabilitasi)," tegas Golose kelahiran Manado, 27 November 1965 ini.

Golose yang menyelesaikan pendidikan di Akademi Kepolisian Tahun 1988 ini secara konsisten menyatakan 'perang' terhadap narkotika. Lebih lanjut, di Bali dia menitip pesan jangan sampai ada organized crime peredaran gelap narkotika.

"Saya inginkan di Pulau Bali ini tidak ada organized crime (kejahatan terorganisir) yang menjadi backing dalam peredaran gelap narkotika. Tidak boleh, ini pesan jelas-jelas saya sampaikan untuk negara yang kita cintai ini," ucapnya.

Synthetic Cannabinoids
Golose menceritakan bahwa jenis obat-obatan berbahaya yang banyak beredar belakangan ini adalah jenis Synthetic Cannabinoids.

"Yang banyak beredar sekarang dan  masuk ke kalangan bawah adalah Synthetic Cannabinoids. Bukan Cannabinoids-nya, tapi Synthetic, itu dicampur-campur lagi segala macam atau disebut tembakau gorila," bebernya.

Cannabinoid sintetis adalah molekul yang dirancang untuk meniru efek tetrahydrocannabinol atau THC. Seperti THC, cannabinoid sintetis ini menargetkan reseptor 1 tipe cannabinoid (CB1R) di otak, yang bertanggung jawab atas efek psikoaktif THC pada ganja.

Meskipun produk ini kadang disebut 'ganja sintetis' atau 'panci palsu', kedua istilah itu salah dan menyesatkan. Mereka disebut cannabinoids bukan karena mereka seperti ganja, tapi karena mereka berinteraksi dengan reseptor cannabinoid di otak dan tempat lain di tubuh.

Molekul-molekul ini melihat kimiawi berbeda dari yang ditemukan pada ganja, dan memiliki efek yang sangat berbeda dalam uji laboratorium, dan pada pengguna mereka, daripada ganja sebenarnya tidak.

Peningkatan Narkotika
Sekadar diketahui, ditingkat generasi muda terutama kalangan mahasiswa diduga telah terjadi peningkatkan penggunaan narkotika.

"Temuan narkotika di kalangan mahasiswa meningkat dari 110 prevalensi Tahun 2021, naik menjadi 136 atau 138 prevalensi. Karena itulah, saya gelar kegiatan ini di Unud, jadi pesannya tentang olahraga dan kalau ada BNN ke kampus, itu akan mereduksi (pengurangan) niat mahasiswa menggunakan narkotika," pungkasnya. 012


TAGS :