Peristiwa
Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali, Pusat Pariwisata Terpadu dan Ekonomi di Pulau Dewata
Jumat, 14 Juni 2024 | Dibaca: 564 Pengunjung
Gubernur Bali periode 2018-2023 Wayan Koster, menunjukkan optimisme adanya shortcut Singaraja-Mengwi dan Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali di Desa Adat Amerta Sari, Desa Pegayaman, Kec. Sukasada, Kab. Buleleng, akan berdampak luas untuk masyarakat di Ba
Peran strategis dan good marketing dari Dr. Ir. Wayan Koster, MM., selaku Gubernur Bali periode 2018-2023, memberikan asa pembangunan strategis untuk masyarakat Bali. Di era keterbukaan informasi dan digitalisasi, Koster merancang dan membangun proyek Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali di Desa Adat Amerta Sari, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Derasnya pembangunan membuat Bali sejak lama dituliskan sebagai The Last Paradise (sorga terakhir), tahun demi tahun Bali mengalami perubahan masyarakat dan fisik alamnya. Namun, semakin tinggi minat warga Eropa mencintai Bali, tersirat sejak ketakjuban para pengunjung lebih mendalam karena disertai keyakinan bahwa keharmonisan Bali sangat rapuh. Sebelum menuju ke kemegahan Turyapada Tower, Bali sejatinya dituliskan di dalam buku Michel Picard tentang Bali, Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Pulau Bali kini menghadapi ancaman dari Barat, dengan pariwisata sebagai salah satu bentuk yang paling merusak. Seolah-olah, sejak Bali ‘Ditemukan’ pada Tahun 1920-an oleh pengunjung dan seniman pertama, penyebutan namanya saja menyiratkan bahwa Bali sudah berada di ambang kejatuhannya dan bakal segera terusir dari Taman Firdaus, yang memang tidak mungkin terus dinikmati oleh orang-orang Bali. Cepat atau lambat, The Last Paraside (sorga terakhir) akan menjadi The Lost Paraside (sorga yang hilang).
Penulis Margaret Mead pada zamannya sempat menuliskan surat, ‘Tidak banyak harapan untuk Bali, oleh karena sistem sosialnya berdasarkan agama dan mau tidak mau itu akan pecah dihadapan agama Islam atau Nasrani, kalau tidak dihadapan kaum skeptis modern yang memuja industri industrialisme” (Mead 1977: 172).
Turyapada Tower yang dibangun Koster, seperti mencoba mempertahankan budaya Bali dengan memberi ruang informasi luas ke masyarakat pedesaan di Bali Utara, Barat, dan Timur, di lain sisi Bali Selatan tidak dipungkiri sudah tergempur kemajuan yang berimplikasi kemacetan dan menjadi keseharian masyarakat Bali dan Eropa.
Koster anggota DPR RI (2004-2009, 2009-2014, 2014-2018) tiga periode ini seakan-akan ingin membuka kemajuan bukan saja milik wilayah Bali Selatan. Namun, di wilayah Buleleng, Jembrana, hingga Karangasem yang kental dengan kultur budayanya yang mengakar, masih juga ada rasa was-was suatu kebudayaan yang bagaimanapun dapat tersisih di bawah serangan-serangan komersialisasi dan standarisasi modern. Meski begitu, pembangunan di setiap daerah masih terus dilakukan, tanpa mengurangi nilai-nilai kultural dan sejarah di setiap Kabupaten/Kotanya.
Turyapada Tower yang tadinya diimajinasikan masyarakat Bali, lalu diwujudkan oleh Koster untuk masyarakat lebih mudah menonton siaran televisi, memperoleh internet, dan menciptakan
pasar baru ekonomi. Koster di masa pemerintahanya berpasangan dengan Wagub Bali Prof. Dr. Tjok. Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si., berkomitmen serius menggarap pembangunan Turyapada Tower.
Koster terakhir mengunjungi Turyapada Tower di Buleleng pada Minggu (12/6/2024), proyek ini sudah rampung pengerjaan mencapai 97% lebih. Pembangunan Turyapada Tower adalah menara ikonik garapan PT Hutama Karya yang diharapkan mengatasi blank spot dan menjadi pemancar tv digital di Buleleng, Jembrana, dan juga Karangasem.
Ground breaking Turyapada Tower telah dilaksanakan pemerintah pada Sabtu, 23 Juli 2022 lalu, dengan anggaran sekitar Rp450 Milliar.
Turyapada Tower diharapkan pemerintah menjadi ruang untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan masyarakat seluruh Bali. Apalagi Bali adalah etalase dunia, tidak mungkin masalah menonton pertandingan langsung sepak bola di televisi menjadi sandungan pemerintah ke depan. “Sekarang pengerjaannya tinggal 97% lagi, kontrak pembangunan tahap pertama akan selesai 4 Juli 2024 (Hutama Karya), khusus pembangunan badan tower akan selesai akhir Juni 2024,” ucap Koster, pada Minggu (9/6/2024) lalu di Turyapada Tower.
Ketinggian Turyapada Tower yang berada di puncak Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng ini memiliki tinggi 115 meter, berada pada ketinggian 1.521 meter dari permukaan laut dan memiliki total ketinggian 1.636 meter. Rencananya, pembangunan tahap II meliputi pengembangan konservasi dan wisata, termasuk akses dari Short Cut Singaraja-Mengwi. “Puncak Tower Turyapada sebagai pemancar siaran tv digital, telekomunikasi, dan internet. Turyapada Tower juga memiliki ketahanan gempa 1.0 G, di Bali tertinggi gempa baru 8.0 SR, dan usia dari Turyapada Tower ini mencapai 500 Tahun,” lanjut Koster.
Di sini dengan dibukanya Turyapada Tower setinggi 1.636 meter, salah satunya sebagai ikon baru dengan ketinggian melebih Menara Eiffel Perancis mencapai 330 meter, Patung Liberty 93 meter, dan patung GWK setinggi 122 meter, serta patung lainnya di dunia.
Selain itu, adanya Turyapada Tower yang diprediksi akan mulai beroperasi pada Tahun 2026 dan akan sebagai wahana edukasi seperti planetarium, skywalk, restoran putar 360 derajat, hingga jembatan kaca dan pendestrian sebagai penunjang museum kebudayaan. “Turyapada Tower, multi fungsi, fungsi utamanya adalah untuk pemancar baik televisi dan komunikasi lainnya. Diperkirakan ada 30 televisi pemancar akan memanfaatkan ini sehingga dapat menjangkau 80% masyarakat Buleleng, Jembrana, dan Karangasem. Jadi, ngak perlu lagi memakai antena parabola nanti. Di Turyapada Tower juga ada Planetarium, Restoran Putar 360 derajat, skywalk, tempat melihat pemandangan luas dari Barat ke Timur yang sangat indah. Ada juga jembatan kaca sebagai lokasi jalan-jalan,” tegas Koster Desa Sembiran Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Di mata setiap generasi baru dan pengunjung, budaya Bali untuk tetap terjaga, tidak sebaliknya ada kesan seakan-akan kebudayaan Bali semakin kebal terhadap pariwisata. Kekhawatiran mengenai kehancuran kebudayaan Bali tidak juga terbukti, sementara segala peringatan terus dikumandangkan. Maka itu, salah satunya Koster menggaungkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru.
Termasuk juga, Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 sebagai wujud kepedulian ke depan dan pencapaian pembangunan Bali masa kini yang sangat penting sekaligus signifikan.
Koster juga merangkum 44 Tonggak Peradaban sebagai Penanda Bali Era Baru. Hal ini bertujuan mempermudah dan dipahami generasi kini dan di masa mendatang.
Peralatan pembangunan Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali, sangat lengkap mendukung capaian dari target pekerjaan yang sudah ditetapkan dan diiringi Sumber Daya Manusia (SDM) yang komitmen, berkualitas, berkompeten, dan berpengalaman.
Turyapada Tower juga tidak terlepas dari kinerja Tim Perencana LPPM dari Fakultas Teknik Universitas Udayana, seluruhnya dibangun lewat ide kreatif yang berbasis kearifan lokal dan Nangun Sat Kerthi Loka Bali Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru.
Kehadiran bangunan ikonik Turyapada Tower akan memberikan sumber baru Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali, Buleleng dan Tabanan. Selain itu, Turyapada Tower ini memberikan ruang untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ekonomi kreatif dan digitalisasi. “Dinas Kominfo Provinsi Bali akan bekerja sama dengan UPT yang professional,” kata Koster.
Pemikiran dan pembangunan Turyapada Tower akan menjadi batu loncatan untuk Bali. Koster menilai Bali yang berbasis seni budaya membutuhkan kekuatan informasi dengan diperkuat sinyal di setiap pelosok pedesaannya. Dewa Kusuma Wartawan Media Bali
TAGS :