Ekonomi

Tingkat Hunian Kamar Hotel Belum Merata di Bali  

 Senin, 03 Oktober 2022 | Dibaca: 400 Pengunjung

Terkait TPK di Bali dinilai Kepala BI Prov. Bali Trisno Nugroho, masih rendah dibanding wilayah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.

www.mediabali.id, Denpasar. 

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) di Bali telah menunjukkan kenaikan dengan peningkatan kunjungan wisatawan, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan DKI Jakarta dan Yogyakarta.

Menurut Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho bahwa TPK yang tinggi atau >50%, masih cukup terpusat di wilayah Kuta, Seminyak, dan Nusa Nusa, lalu wilayah lainnya masih rendah, kemudian TPK tersebut baru 75% kamar yang sudah beroperasi.

Data dihimpun Bank Indonesia atas Badan Pusat Statistik (BPS), tiga Provinsi sebagai perbandingan Hotel Berbintang; 1) DKI Jakarta Juni 2021- 51,90%, Maret 2022 - 52,70%, Juni 2022 - 54,30%, Juli 2022 - 54,50. 2) DI Yogyakarta Juni 2021 – 45,73%, Maret 2022 – 45,15%, Juni 2022 - 66,45%, Juli 2022 – 37,52%. Beserta 3) Bali Juni 2021 – 16,68%, Maret 2022 – 21,90, Juni 2022 – 38,77%, Juli 2022 – 37,52%.

Selanjutnya, data TPK Hotel Non Berbintang; 1) DKI Jakarta Juni 2021 – 39,10%, Maret 2022 – 38,81%, Juni 2022 – 41,42%, Juli 2022 – 40,66%. Disusul 2) DI Yogyakarta Juni 2021 – 12,12%, Maret 2022 – 20,85%, Juni 2022 – 25,02%, Juli 2022 – 24,88%. Terakhir 3) Bali Juni 2021 – 6,79%, Maret 2022 – 7,60%, Juni 2022 – 17,41%, dan Juli 2022 – 20,93%. 

“TPK hotel klasifikasi bintang di daerah pada Juni 2022; Kuta (58,8%), Seminyak (58,0%), Legian (39.8%), Jimbaran (35,6%), Nusa Dua (50,2%), Sanur (34,7%), Ubud (40,8%), dan lainnya (35,3%). Tingkat hunian kamar di Tahun 2022 belum mencapai rata-rata Tahun 2019. Hasil FGD kamar available rata-rata hanya 70% dari total kamar yang dimiliki. Sisa kamar membutuhkan renovasi,” papar Trisno, belum lama ini.

Kunjungan wisatawan yang mulai membaik, meski belum mencapai level pada kondisi sebelum pandemi. Untuk itu, dalam upaya peningkatan wisatawan, India memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi kantong wisatawan mancanegara (Wisman) Bali. “Maka adanya shifting kondisi wisman menjadi tantangan tersendiri,” katanya.

Angka proyeksi wisatawan mancanegara (Wisman) Tahun 2022 tercatat realisasi Januari - Juli 2022 sebanyak 624 ribu, proyeksi Januari - Desember 2022 sebanyak 1,43 juta, dengan persentase 22,9% dari Tahun 2019.

Sedangkan wisatawan nusantara (Wisnus) Tahun 2022, realisasi Januari - Juli 2022 sebanyak 4,46 juta, proyeksi Januari – Desember 2022 sebanyak 7,10 juta, dengan persentase 67,3% dari Tahun 2019.

“Data Shifting kondisi Wisman di Bali, 1) Length of stay sebesar 9,46% Tahun 2019 dan 2,41% Tahun 2022; 2) Spending/Day sebesar Idr 2,04 Juta Tahun 2019 dan Rp 1,42 Juta Tahun 2022; 3) Conversion Ratio 91,4% Tahun 2019 dan 90,7% Tahun 2022,” terangnya.

Sejumlah external factor yang menahan tingkat kunjungan Wisman, seperti Returning home policy negara kantong Wisman utama Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, dan lainnya. 

“Termasuk konflik geopolitik Rusia-Ukraina menyebabkan tertahannya Wisman asal Eropa dan Rusia. Dan paket wisata menarik yang ditawarkan destinasi wisata kompetitor Bali Nusra dari negara Thailand, Vietnam, dan Malaysia,” pungkas Trisno. 012


TAGS :