Peristiwa

PT BTID dan Warga Serangan Jalin Hubungan Harmonis

 Senin, 24 Maret 2025 | Dibaca: 207 Pengunjung

Manajemen KEK Kura Kura Bali bersama Desa Adat Serangan dan MDA Kota Denpasar, ajak masyarakat membangun pariwisata berkelanjutan berbasis Tri Hita Karana, Senin (24/3/2025).

www.mediabali.id, Denpasar. 

Menyikapi isu liar di masyarakat terhadap keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) PT. Bali Turtle Island Development (PT BTID), akhirnya dilakukan pertemuan bertajuk 'Sinergi dalam Memuliakan Alam, Manusia, dan Budaya Bali'. Pertemuan yang diinisiasi PT BTID ini sekaligus mengklarifikasi dan menunjukkan komitmen bersama untuk gumi Bali, Senin (24/3/2025).

Jro Bendesa Desa Adat Serangan I Nyoman Gede Pariartha mengawali pembicaraan dengan menekankan bahwa keberadaan PT BTID ini bertujuan saling mendukung pembangunan di Desa Serangan.

"Kami berbicara tentang pembangunan dan penataan, termasuk ruang-ruang putra-putri masyarakat Desa Serangan untuk dapat menikmati 'kue' atas pembangunan yang sedang dilakukan di Pulau Serangan. Kalau sekarang ramai viral berita-berita (negatif) dengan PT BTID dan masyarakat, itu adalah oknum. Tapi, di sini kami jelaskan hubungan kami masyarakat Desa Adat Serangan dengan BTID, kondisinya baik-baik saja," tegas Pariartha.

Lurah Desa Serangan, Ni Wayan Sukanami sejalan mengatakan perjalanan waktu sejak 1998, PT BTID melakukan pembangunan di Desa Serangan dan hasilnya berimplikasi positif untuk warga Desa Serangan.

"Hubungan kami dengan masyarskat dan PT BTID, sangat baik, terutama mengenai kedinasan. Merujuk pengalaman dahulu sejak ada reklamasi 1998, masyarakat terbantu karena ada jembatan dan pembangunan lainnya. Dulu mau sembahyang ke Pura Sakenan, menggunakan jukung (perahu kecil), sekarang saya lihat banyak fasilitas yang sudah terbangun, ini harus dapat memberikan manfaat ke masyarakat Desa Serangan itu sendiri," tegasnya.

Ditambahkan Anak Agung Ketut Sudiana selaku Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Kota Denpasar bahwa pembangunan agar tetap mengusung kearifan lokal masyarakat Bali.

"Ketika kita akan menerima investasi, tentunya harus sesuai dengan kearifan lokal," katanya.

Terlebih saat ini rencana investasi pembangunan di Pemerintah Provinsi dan Kota Denpasar, tetap akan memperhatikan dimensi hubungan manusia dengan kearifan alam (Palemahan), hubungan dengan manusia Bali (Pawongan), dan hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan).

"Saat ingin memberdayakan investasi ke depan, bisa dilakukan dengan kerja sama dan kolaborasi Desa Adat Serangan bersama PT BTID. Hubungan harmonis ini sangatlah penting dan menjadi nilai tambah terhadap masyarakat Desa Serangan dan PT BTID," ucap Sudiana.

Melalui kesempatan tatap muka dengan awak media, Tantowi Yahya selaku Presiden Kampus United In Diversity (UID) Kura Kura Bali menegaskan bahwa investor yang akan menanamkan modal inestasinya ke KEK akan terus melihat perkembangan iklim di masyarakat dan ekonomi di daerah terkait. Kondisi ini patut diketahui masyarakat bahwa tidak mudah mencari dan menyepakati kerja sama dengan investor yang memegang teguh prinsip Tri Hita Karana.

"Kami ingin tumbuh berkembang bersama Bali, pariwisata berkelanjutan dan berkualitas. Sekarang sudah ada komitmen Pemprov Bali dan Pemerintah Pusat, untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan. Kami bagian dari ekosistemnya, jadi KEK pariwisata menjadi salah satu bagiannya. KEK Bali sebagai bagian dari pariwisata, bahkan meski sering kami mengalami dicibir dan seolah-olah mengkomersialisasi pariwisata. Hal ini jelas membuat dampak terhadap kami, terutama saat mencari investor," beber Tantowi.

Bahkan, investor yang dicari bukan yang sekadar ingin membangun, tetapi menjunjung nilai-nilai Tri Hita Karana dan mengedepankan budaya Bali. Mereka investor harus mempunyai rasa kepedulian untuk menjaga Bali kedepannya.

"Kami tetap mencari investor dan dipilih-pilih, kami konsisten dengan Tri Hita Karana," tegasnya. 012


 


TAGS :