Kesehatan
Pengurus Baru Yayasan Jantung Indonesia Cabang Provinsi Bali Periode 2023-2028, Budayakan Hidup Sehat ke Masyarakat
Kamis, 25 Januari 2024 | Dibaca: 702 Pengunjung
Dr. dr. I Ketut Rina, Sp.PD., Sp.JP., (K) FIHA., ISIC., FAsCC., dilantik resmi menjadi Ketua pengurus Yayasan Jantung Indonesia Cabang Provinsi Bali periode 2023-2028. Masyarakat diajak untuk tetap budayakan pola hidup sehat dan menjaga jantung sehat samp
Penyakit jantung diidentikan menjadi pembunuh nomor satu di sektor kesehatan. Penyakit jantung kian memprihatinkan di masyarakat. Bahkan, dampak jantung yang tidak dirawat dengan baik, kerap berujung meninggal terhadap penderita jantung.
Melalui pelantikan pengurus baru Yayasan Jantung Indonesia Cabang Provinsi Bali periode 2023-2028, diharapkan para penderita jantung mendapatkan perhatian serius dokter-dokter jantung di Bali, termasuk dalam penanganan kedepannya, Kamis (25/1/2024).
Tercatat nama Dr. dr. I Ketut Rina, Sp.PD., Sp.JP., (K) FIHA., ISIC., FAsCC., dilantik resmi sebagai Ketua pengurus Yayasan Jantung Indonesia Cabang Provinsi Bali periode 2023-2028, diikuti pelantikan dengan Ketua Pelaksana Harian dr. I Putu Parwata Jaya, M.Biomed, Sp.JP, FIHA; Ketua Bidang Dana dr. I Kadek Susila Surya Darma, M.Biomed, Sp.JP (K)., FIHA; Ketua Bidang Komunikasi Prof. Dr. dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M.Repro., PA (K)., Sp.KKLP.
Termasuk Ketua Bidang Preventif I Gusti Bagus Sidikarya, S.Sos; Dr. dr. I Made Junior Rina Artha, Sp.JP (K), FIHA; Sekretaris Luh Tatiek Inten Andayani, SE., MM; Wakil Sekretaris I Ketut Someriana; Bendahara dr. Ni Made Ayu Wulan Sari, M.Biomed., Sp.JP (K), FIHA; Wakil Bendahara Dr. dr. Luh Olivia Saraswati Suastika, Sp.JP (K)., FIHA, dan anggota pelaksana kegiatan lainnya.
Diadakan pula seminar awam bertajuk 'Sehat dan Bugar di Usia Tua' dengan sejumlah narasumber, di antaranya: 1. dr. Putu Parwata Jaya, Sp. JP, FIHA., 2. Dr. dr. I Ketut Rina, Sp.PD., Sp.JP., (K) FIHA., ISIC., FAsCC., 3. Prof. Dr. dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M.Repro, PA (K)., dan 4.dr. Ketut Erna Bagiari, M.Biomed, Sp.JP., FIHA., selaku moderator.
"Seminar dilakukan berkaitan dengan jantung. Kami berupaya menjaga dan mencegah penyakit jantung, sehingga dari kecil sampai tua dapat hidup sehat. Kami dari Yayasan Jantung, menekankan mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bahkan, setiap hari Minggu kami memberikan senam jantung sehat, percerahan perihal penyakit jantung dan penyakit lainnya," ujar dr. Ketut Rina,
Ia merangkan penyakit jantung tidak menular, tetapi jantung penyakit pembunuh nomor satu. Penyakit penyertanya akan lebih cepat mengrogoti seseorang menjadi sakit.
"Penyakit silent killer yang kita sebut karena dia tidak kelihatan, tetapi membunuh. Seperti fenomena gunung es. Trend-nya. demikian (jantung banyak dialami remaja), karena kesalahan cara hidup dan lingkungan yang ada. Semestinya kita lakukan pencegah dari sebelum lahir, di mana pasangan orang tuanya laki-laki dan perempuan harus sehat. Saat lahir buah hati sehat dan dijaga dengan baik. Kalau jantung ada sejak lahir, itu namanya penyakit jantung bawaan, bukan genetika, kalau genetika itu dari orangnya," paparnya.
Disampaikan di daerah yang kurang maju, banyak muncul penyakit jantung rematik. Namun, seiiring perkembangan masyarakat, penyakit jantung muncul karena pola hidup.
"Konsumsi rokok yang luar biasa, makanan yang tidak dikendalikan, atau gaya hidup yang berubah, tadinya biasa-biasa di desa menjadi mengkonsumsi alkohol dan sebagainya. Sedangkan konsumsi tinggi kafein (kopi atau teh) jadi semua ada hikmahnya, kalau banyak tentu ada dampak buruknya. Termasuk kalau konsumsi nasi kebanyakan juga tidak baik, konsumsi obat-obatan berlebihan juga ada dampaknya. Remaja gaya hidupnya berubah, dapat ditunjang karena pendapatan orang tuanya meningkat," terangnya.
Hal lainya disampaikan dr. Putu Parwata Jaya, Sp. JP, FIHA., bahwa penyakit sekarang ini lebih banyak karena metabolisme perubahan gaya hidup.
"Trendnya mungkin karena perubahan orang hidup di zaman dahulu. Kalau dulu banyak beraktivitas, banyak beristirahat, sekarang banyak gula yang sebagai musuh utama kita, justru sering kita temui di kafe-kafe sebagai tempat nongkrong. Konsumsi gulanya membuat perubahan pada metabolisme tubuh, baik hipertensi, obesitas dan lainnya," ungkapnya.
Hipertensi dapat meningkatkan resiko penderitanya terhadap penyakit yang lebih serius. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, otak, mata, hingga menganggu aktivitas seksual.
"Hipertensi sering disebut the silent killer, karena sering tanpa keluhan. Penderitanya sering tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Diketahui bahwa hanya sepertiga penderita hipertensi atau 36,8% yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat. Data Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan sebesar 8,8% penderita hipertensi yang terdiagnosis dan hanya 50% yang minum obat secara teratur," tegasnya.
Prof. Dr. dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M.Repro, PA (K)., menambahkan lewat klub jantung sehat dapat terus berinteraksi dengan masyarakat. Tentu saja mencegah lewat senam dan pemberian informasi untuk mengingatkan penderita jantung menjaga kesehatannya secara mandiri.
"Banyak memang para remaja dan dewasa sekarang males gerak (Mager). Ngemil dan minum yang manis-manis. Sebenarnya gula dapat dibakar lewat gerakan otot, karena otot tidak dipakai, sehingga muncul penumpukan lemak dan ditunjang penyakit lainnya," terangnya.
Ketua Bidang Dana dr. I Kadek Susila Surya Darma, M.Biomed, Sp.JP (K)., FIHA., berharap ke depanya generasi muda menjadi lebih peka terhadap penyakit jantung. "Membina remaja menjadi lebih sehat, kami di Yayasan Jantung mensosialisasikan menjaga jantung dan budaya hidup sehat," ucapnya, diiyakan Robert. 012
TAGS :