Ekonomi

Pariwisata Bali Perlahan Pulih, BI Tetap Waspadai Resesi

 Kamis, 16 Februari 2023 | Dibaca: 333 Pengunjung

Tampak Kepala Kantor Perwakilan BI Prov. Bali Trisno Nugroho dalam Obrolan Santai BI bareng Media (OSBIM), bertema 'Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Bali 2023: Konsistensi, Inovasi dan Sinergi’, Kamis (16/2/2023).

www.mediabali.id, Denpasar. 

Sektor ekonomi Bali di tengah iklim pariwisata perlahan-lahan mulai bangkit dan cukup menjanjikan. Ekonomi Bali meningkat signifikan pada masa triwulan IV 2022, di mana tumbuh sebesar 6,61% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,1% (yoy). 

Kemudian rangking Bali naik dari posisi terakhir di tahun sebelumnya ke posisi 24, sebagai provinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi Tahun 2022.

“Apabila dibandingkan pada triwulan IV 2022 lalu, yakni 6,61 persen (yoy), prediksi pertumbuhan tersebut melandai menyusul normalnya kembali jumlah kedatangan wisatawan ke Bali,” terang Kepala KPwBI Bali Trisno Nugroho, Kamis (16/2/2023) di sela-sela Obrolan Santai BI Bareng Media (OSBIM) mengusung tema 'Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Bali 2023: Konsistensi, Inovasi dan Sinergi’, di Dapur Alam, Sanur, Denpasar.

Ditinjau BI berdasarkan sumber data BPS, bahwa ekonomi Indonesia kini tumbuh melambat pada Triwulan IV 2022. Pertumbuhan ekonomi wilayah Balinusra tumbuh melambat, namun dianggap tetap menduduki posisi tertinggi kedua setelah Sulampua di Indonesia.

Oleh karena itu, Trisno berharap masih perlu ada akselerasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Bali. Upaya salah satunya melalui proses digitalisasi di sistem pembayaran dengan implementasi; Konsistensi, Inovasi, dan Sinergi (KIS)

"Digitalisasi harus dilakukan konsisten agar setiap kekurangan di sistem pembayaran saat ini dapat segera disempurnakan. Bahwa proses digitalisasi harus memiliki suatu inovasi untuk menjadi terobosan dalam menyelesaikan tantangan digitalisasi di daerah dan harus ada sinergi yang baik antara pemerintah daerah, Bank Indonesia dengan BPD Bali,” jelas Trisno.

Dipaparkan pula di Tahun 2022, potensi sebagian besar lapangan usaha di Bali mengalami peningkatkan, sebagian besar kinerja lapangan usaha di Bali telah meningkat dengan pertumbuhan tertinggi di sektor transportasi, pengadaan listrik, dan penyediaan akomodasi dan makan minum.

Sebelumnya, pandemi Covid-19 tidak ditampik memberi dampak pada perubahan struktur ekonomi Bali. Pangsa lapangan usaha akmamin dan transportasi telah mengalami kenaikan seiring dengan semakin pulihnya kegiatan pariwisata. Kemudian nilai PDRB Bali triwulan IV 2022 juga makin meningkat, meski masih lebih rendah 3,24% dibandingkan rata-rata triwulanan PDRB tahun 2019. 
 
Berdasarkan data tercatat perkembangan struktur ekonomi Bali untuk penyediaan Akomodasi & Makan Minum di Tahun 2019 (23.25%) dan di Tahun 2022 (17.93%); Transportasi & Pergudangan di Tahun 2019 (9.79%) dan Tahun 2022 (7.70%)

“Namun, kami meyakini Bali tidak akan mengalami resesi seperti diprediksi beberapa kalangan,” tegasnya.

Dijelaskan Trisno bahwa resesi akan terjadi apabila suatu daerah atau negara mengalami pertumbuhan kontraksi atau pertumbuhan minus berturut-turut. Setelah pertumbuhan minus dua kali berturut-turut, yang ketiga dipastikan akan mengalami resesi. 

Lanjutnya, Bali sempat mengalami kontraksi hingga -9 persen. Akan tetapi, berikutnya mulai mengalami pertumbuhan positif. Pada 2022, pertumbuhan ekonomi Bali menginjak angka 6,61 persen.

Maka ekonomi Bali yang masih didukung sektor pariwisata, tentu akan tumbuh baik secara perlahan, dengan mulai ramainya kunjungan pariwisata dan didukung pertumbuhan kunjungan wisatawan domestik

“Di luar sektor pariwisata pun mengalami pertumbuhan yang signifikan seperti sektor pertanian, produk UMKM serta yang lainnya,” paparnya.

Trisno menambahkan program BI juga turut andil meningkatkan ekonomi Bali. Ia tidak ingin berdebat atau berkutat di tingkatan wacana, melainkan lebih menonjolkan solusi.

Salah satunya disinggung persoalan galian C di wilayah Karangasem, dinilai kontribusinya dapat ditingkatkan berlipat, lalu meningkatkan akses pasar bagi pelaku UMKM, memberi bantuan teknis pelaporan keuangan, pemasaran maupun pemanfaatan platform digital seperti media sosial, soal produksi, dan lainnya.

Bahkan, sepanjang Tahun 2022, BI sudah mampu membina sebanyak 53 UMKM binaan, terbanyak 24 bergerak di bidang usaha yang berorientasi ekspor. Bahkan, masih banyak UMKM lainnya ingin bergabung menjadi UMKM binaan BI.

Diakui mantan Kepala Perwakilan Bank Indonesa DKI Jakarta ini, tidak hanya memfasilitasi pembiayaan namun pula harus dilakukan pendampingan.

Selama minimal 5 bulan pendampingan dilakukan, sehingga harus dilihat kembali perkembangan UMKM yang didampingi, apakah bisa berjalan sesuai harapan atau tidak.

“Jadi di sepanjang Tahun 2022, BI Bali telah membina sebanyak 53 UMKM, sebanyak 17 UMKM Ketahanan Pangan, 24 UMKM Berorientasi Ekspor dan UMKM Komoditas Unggulan Lokal,” tandasnya. 012​​​​​


TAGS :