Peristiwa

Musda Ke-3 HIMKI Bali, Kolaborasi Tingkatkan Pasar Lokal Mebel

 Kamis, 22 Agustus 2024 | Dibaca: 255 Pengunjung

KIRI-KANAN; Ketua DPD HIMKI Bali periode 2021-2024 Hani Duarsa, Ketua Umum DPP HIMKI Abdul Sobur, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta, Kamis (22/8/2024) dalam Musda Ke-3 HIMKI Bali, di Denpasar.

www.mediabali.id, Denpasar. 

Peluang usaha mebel sangat potensial untuk dikembangkan. Usaha mebel di Bali, mendapat dukungan sektor pariwisata yang mengalami perkembangan signifikan. Hal ini diikuti permintaan sarana prasarana mebel di setiap hotel, restoran, usaha konvensional hingga di sektor pendidikan kedepannya.

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mencermati mebel di Bali dan di tanah air harus melihat celah baru untuk dapat dikembangkan berkelanjutan. Mebel dengan bahan baku kayu, diketahui tidak semua daerah di Bali memiliki hutan kayu sebagai produksi kayu mebel.

Karena itu, HIMKI mencoba melakukan Musyawarah Daerah Ke-3 DPD HIMKI Bali dengan tema 'Penguatan Pasar Melalui Inovasi dan Kolaborasi', dengan diadakan di Quest Hotel, Denpasar, Kamis (22/8/2024).

Ketua DPD HIMKI BALI Periode 2021-2024, Hani Duarsa mengatakan usaha mebel tidak luput dipengaruhi geopolitik, yang mana berdampak atas ekspor. Maka itu, upaya dini yang dilakukan adalah berkolaborasi dengan berbagai pihak, khususnya dalam pengembangan bisnis mebel.

"Tidak ada salahnya kita berkolaborasi dan berinovasi bersama untuk menguatkan pasar mebel kita, baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional," ujar Hani.

Ia mengutarakan dengan dukungan para anggota HIMKI Bali, yang mengembangkan usaha mebel di Bali. Hani tidak menampik rutin berkomunikasi dengan rekan-rekan HIMKI di daerah lain di Indonesia. Sebab, pengembangan mebel di Bali, belakangan ini tampak mengalami penurunan usaha.

"Yang terbesar adalah di Pulau Jawa, karena di sana pusat mebel terbesar. Di Bali, ada mebel, tetapi kerajinan yang lebih banyak. Sekarang mebel di Bali sedang menurun, itu sebabnya kita bersama akan menguatkan di pasar lokal. Kami juga sedang kolaborasi dan mengisi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)," beber Hani.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta mengatakan komunikasi sekaligus sinergitas tetap dilakukan  bersama para mitra kerja.

"HIMKI menjadi mitra kerja kami dalam rangka pengembangan industri mebel dan kerajinan di Bali. Tentu saja bahan bakunya berbasis kayu. Karena itulah, dengan Musda Ke-3 ini kami berharap teman-teman dari HIMKI mampu mengidentifikasi isu-isu yang ada, supaya nanti mampu dan menangkap sebagai peluang usaha," ucapnya.

Ditambahkan Jarta, berdasarkan data di Tahun 2023 bahwa tidak dipungkiri terjadi penurunan ekspor, mebel, dan kerajinan di Bali. Selanjutnya, lewat Musda Ke-3 HIMKI Bali dapat dibedah masalah dan solusi ke depan.

"Saya berharap dari Musda Ke-3 ini, supaya bisa diidentifikasi masalah. Salah satunya karena geopolitik yang berkembang. Selain itu, tentu ada pesaing kita dari negara-negara di ASEAN. Kita wajib melakukan antisipasi pada segmen pasar yang bisa kita kejar," jelasnya.

Jarta menekankan lewat Musda Ke-3 HIMKI, mampu mengejar pasar lokal, jangan sampai  dibanjiri produk impor. Meski Bali kalah soal bahan baku, tetapi di Bali memiliki pasar lokal yang berpeluang tinggi dan patut digarap HIMKI Bali.

"Strategi dibangun seperti belanja pemerintah lewat E-Katalog lokal. Tentu saja kami mendorong rekan-rekan HIMKI, bisa memasukan produksinya ke E-Katalog. Termasuk peluang lokal di setiap gedung dan bangku-bangku sekolah, ini menjadi harapan kita untuk tidak harus berkosentrasi ke pasar ekspor saja. Jangan sampai kita impor dari luar bangku sekolah. Apalagi bangku sekolah setiap tahun ada yang diperbaharui sekolah," bebernya.

Ketua Umum DPP HIMKI Abdul Sobur menambahkan Musyawarah Daerah Ke-3 DPD HIMKI Bali adalah wadah untuk para pengusaha mebel di Indonesia agar mampu melihat persoalan secara detail, mereka dapat menuangkan ide dan masukan di dalamnya.

"Musda ini digelar tiga tahun sekali, sebagai evaluasi kinerja dan kita terus mencoba meningkatkan di periode berikutnya," ujarnya.

Persoalan ekspor-impor di Indonesia terhadap bisnis mebel, juga dipengaruhi oleh kuat tidaknya nilai rupiah atas dollar. Hal ini pula yang patut dicermati dalam menjaga eksistensi bisnis mebel.

"Tidak dipungkiri iklim kenaikan atau penurunan rupiah, mempengaruhi ekspor-impor. Kami sebagai eksportir, melihat tidak hanya ekspor-impor, tetapi ada pasar lokal yang bisa diharap. Khususnya, di rumah sakit, resort, dan hotel. Bali sebagai kawasan pariwisata, tentu ini peluang kita untuk mengarap pasar di dalamnya," bebernya.

Abdul Sobur menekankan apabila produk mebel dan produk lokal lainnya di Indonesia juga berupaya peningkatan peluang pasar produknya. Saat ini, produk asal China justru banyak masuk bersaing dengan produk lokal Indonesia. Produk lokal harus kuat mem-branding diri, hal ini akan menjaga kualitas dan tingkat kepercayaan konsumen.

"Serbuan produk asing asal China, masuk ke dalamnya. Misalnya, setiap hotel membutuhkan teh, tetapi tehnya asal luar negeri, padahal kita memiliki kebun teh banyak di Indonesia. Tapi, inilah kita kalah di brandingnya itu. Ini yang perlu kita benahi, sebab branding erat kaitannya dengan kepercayaan," tegasnya. 012

 


TAGS :