Peristiwa

Lestarikan Tradisi di Desa Adat Tenganan, De Gadjah Tampil Mageret Pandan

 Selasa, 25 Juni 2024 | Dibaca: 621 Pengunjung

Suasana tradisi mageret pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Karangasem. De Gadjah mendapat kesempatan ngayah dan menyapa masyarakat, Selasa (25/6/2024).

www.mediabali.id, Karangasem. 

Ketua DPD Gerindra Bali, Made Muliawan Arya alias De Gadjah, mendukung penuh pelestarian budaya Mageret Pandan.

Hal ini dibuktikan De Gadjah, dengan datang kembali ke Desa Adat Tenganan Dauh Tukad untuk ngayah dalam tradisi perang atau mageret pandan, Selasa (25/6/2024).

De Gadjah pria bertubuh kekar ini berkempatan ngayah mageret pandan yang kebetulan bertepatan dengan hari otonanannya yang jatuh pada Anggara Pon, Wuku Klawu.

"Ya hari ini otonan juga, momen yang spesial juga bagi saya. Tadi sebelum berangkat keluarga sangat mendukung agar saya ngayah dulu, setelah itu baru nanti melaksanakan otonan di rumah," ucapnya.

Menurutnya, dia telah 3 kali datang ngayah mekered pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad ini. Awal mula keikutsertaannya dalam tradisi Desa Tenganan itu dimulai dari keinginannya untuk ngayah dengan datang sendiri sekitar 3 tahun lalu. 

Disusul tahun berikutnya, ia mendapat kehormatan diundang dan saat ini ia diminta hadir untuk ngayah dalam tradisi mageret pandan. 

Bagi De Gadjah, kegiatan ini sejalan dengan instruksi dari Ketua Umum Gerindra sekaligus Presiden RI ke-8 terpilih Prabowo Subianto, dalam upaya menjaga dan melestarikan tradisi adat budaya Bali. 

De Gadjah yang terlibat langsung dalam tradisi ini merasa memiliki ikatan emosional dan merasakan sensasi sangat luar biasa saat mageret pandan.

"Diketahui tradisi ini dimaknai sebagai penghormatan kepada Dewa Indra dan masyarakat melakukan mageret pandan sudah turun-temurun," terangnya.

Kelian Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, I Wayan Tisna menjelaskan bahwa tradisi mageret pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad memiliki maknanya sebagai simbol penghormatan kepada Dewa Indra sebagai Dewa Perang. 

Konon pendahulu di desa tersebut adalah prajurit perang yang tangguh sehingga inilah yang menjadi sejarah dan erat kaitannya dengan penghormatan kepada dewa perang, yaitu dewa indra. 

Lebih lanjut, mengenai hadirnya tokoh De Gadjah serta ikut juga ngayah mageret pandan. Bagi Tisna, ia sangat mengapresasinya. Seperti yang disampaikan bahwa tujuan lain dibalik ngayah ini adalah pelestarian budaya tradisi turun temurun. Dari itu juga, semua pihak dapat mendukung keberlangsungan dan menjaga tradisi yang ada di Desa Tenganan yang merupakan desa tua di Karangasem. 

"Saya sangat mengapresiasi kedatangan tokoh politik dan sosok sosial seperti beliau. Beliau setiap tahun hadir ngayah, tujuannya juga kami sangat apresiasi untuk mendukung dan menjaga tradisi yang ada," terang Tisna.

Kehadiran tokoh untuk ngayah dalam tradisi perang pandan dipandang cukup mendapatkan respons dari masyarakat. 

Mereka sangat antusias baik hanya untuk sekadar menyapa maupun berfoto dengan De Gajah, anggota DPRD Bali terpilih dalam Pileg 2024.

"Mengingat sosok beliau ini merupakan figur yang selalu hadir di masyarakat dan sehingga warga senang beliau hadir, tadi auranya juga luar biasa saya sampai ngeri-ngeri menonton," imbuh Ketua DPC Gerindra Karangasem, I Nyoman Suyasa. 012

 


TAGS :