Pendidikan

ITB STIKOM Bali Singgung Orasi Ilmiah Artificial Intelligence dalam Kultur Kehidupan Masyarakat ke Depan

 Senin, 07 Agustus 2023 | Dibaca: 439 Pengunjung

Edukasi diberikan orasi ilmiah di ITB STIKOM Bali disampaikan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit, salah satunya mengenai perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence dalam kultur kehidupan manusia, Senin (7/8/2023).

www.mediabali.id, Denpasar. 

Perubahan informasi dan teknologi (IT) tidak dipungkiri memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja dan manajemen di lingkungan masyarakat luas.

Dibutuhkan tenaga kerja di sektor komputerisasi oleh berbagai macam perusahaan yang berkembang kekinian, di mana individu ahli komputer dan IT akan semakin padu dengan tambahan pengetahuan manajemen perusahaan, sehingga keberadaannya menjadi lebih mudah dan mumpuni. 

Salah satunya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence, di mana ke depan diperkirakan akan terus berkembang makin pesat untuk dapat memperbaharui sektor kehidupan individu masyarakat.

"Digitalisasi sudah masuk ke semua sektor, di mana ada kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence, yang mana jika dikembangkan itu kepintarannya dapat melebihi manusia. Melalui kecerdasan buatan ini kita akan lebih mempermudah lika-liku kehidupan kita, apa yang sulit menjadi mudah, apa yang jauh menjadi dekat, dan apa yang rumit menjadi simple," ujar Dr. Dadang Hermawan selaku Rektor ITB STIKOM Bali, dalam Dies Natalis ITB STIKOM Bali ke-21 yang mengusung tema 'Igniting Quality Transformations in the Realms of Technology and Business', Senin (7/8/2023) di Auditorium ITB STIKOM Bali, Renon, Denpasar.

Tidak dipungkiri pula perubahan di rekrutmen pekerja, di mana saat ini direkrut yang ahli komputer, tapi dilatih juga bagaimana manajemen perusahaan dan sebagainya. Dadang turut pula menekankan supaya masyarakat ke depan tidak tertinggal, khususnya dalam hal pengembangan AI dan dunia komputer.

"Kalau tadinya perusahaan besar itu merekrut pegawai, bidangnya sesuai background pendidikannya, lalu dilatih komputernya. Nah, sekarang ini semuanya harus Teknologi Informasi dan Komputer (TIK)-nya dahulu, baru dilatih kembali bidang pendidikannya. Bahkan, di perusahaan industri yang cukup besar, mereka tidak membuat komputer dan HP saja, tetapi juga membuat pengembangan AI yang dimasukan ke dalam robot-robot kecil atau besar. Diduga ini akan menggantikan posisi kita yang notabene akan kurang pada bidang-bidang pekerjaan tertentu, tapi pekerjaan terkait AI, komputer dan semacamnya akan semakin banyak," bebernya.

Lebih lanjut, mengenai AI masih perlu kembali adanya edukasi ke masyarakat. Termasuk peranan dan kebijakan pemerintah untuk gencar mengedukasi masyarakat.

"Sebab, Bali selain terkenal dan memiliki sektor pariwisata budaya, tetapi IT-nya juga harus yang terdepan. Fenomena ini harus dipahami, di mana nantinya ada mobilisasi orang ke sini, seolah-olah tidak kelihatan bekerja, tetapi mereka bekerja (internet). Termasuk juga dukungan atas data-data yang akurat," tegasnya.

Memandang wacana terhadap apakah robot akan menggantikan peranan dokter, pramusaji, pekerja pabrik, dan sebagainya? Banyak pandangan menilai tentu saja peranan manusia tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan berpikir dan emosi jiwa masih sangat dibutuhkan.

Namun begitu, pandangan ditambahkan Ni Ketut Dewi Ari Jayanti, S.T., M.Kom., selaku Dekan Fakultas Bisnis dan Vokasi ITB STIKOM Bali bahwa generasi muda supaya mampu lebih paham atas perkembangan teknologi saat ini. Selain itu, generasi muda agar lebih bijaksana dan memanfaatkan AI untuk kehidupan yang lebih baik kembali.

"Melalui AI dapat menciptakan manusia yang lebih baik, tidak saja mereka lebih pintar tetapi juga paham mana yang boleh dan tidak boleh. Bahkan, edukasi dalam AI ini dapat memberikan pemahaman atau larangan atas tindak kejahatan dan melanggar hukum," imbuh Ari.

Sementara itu, Prof. Dr. I Made Bandem, MA., menceritakan perkembangan pengetahuan dan AI pada zamannya saling berkaitan dengan perputaran budaya. 

MelaIui AI banyak yang dapat dikembangkan, bahkan di ITB STIKOM Bali Prof. Bandem mengatakan sempat membuat suatu penelitian dengan AI berupa tarian baris dengan pakem sederhana, lalu gerakan tangan, kaki, hingga gerakan mata tarian yang rumit ini belum pernah terjadi (belum sempurna-red). Diduga AI belum dapat konsisten menerima gerakan tarian yang rumit terkait. 

"Di zaman dahulu juga ditemukan mesin uap, yang dapat membantu perkembangan kerja dan ekonomi manusia. Termasuk temuan-temuan listrik, telepon, komputer, dan sebagainya. Kini dengan adanya AI, akan terus dikembangkan ke depan," pungkas Prof. Bandem, disaksikan pula Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti I Made Marlowe Makaradhwaja, B.Bus., dan Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si., Ak., C.A. dan lainnya.

Sementara itu, orasi ilmiah di ITB STIKOM Bali disampaikan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit bahwa dalam AI salah satu yanh disinggung mengenai teknologi dan seni. Hal ini sangat menarik karena keberadaan teknologi, termasuk di dunia robotik diharapkan supaya tidak bertentangan dengan kultur atau mindset kehidupan manusia. Akan tetapi, perlu disadari AI tidak memiliki perasaan dan emosi. Meski AI dapat menciptakan suatu karya seni, tetapi AI tidak dapat menafsirkan atau mengkritik karya atau subjektifitas karya tersebut.

"Robot tidak boleh menyakiti manusia. Robot harus mengikuti apa saja yang diikuti manusia dan tidak bertentangan atas aturan hidup manusia. AI hanya sekumpulan program kompleks yang bekerja secara statistik," katanya.

Prof. Richardus Eko turut menegaskan apabila dalam AI dikembangkan pula beragam efek, video, suara, dengan hasil kualitas terbaik, dan ditunjang internet terbaik. 

"Banyak pendapatan diperoleh dari AI, di mana video bisa dijual, gambar bisa dijual. Bisa buat karya yang menarik atau tekstur unik, siapa tahu ada yang orang yang tertarik membeli," tegasnya. 012

​​​


TAGS :