Peristiwa
Edukasi Kelola Sampah di Desa Kedonganan Terapkan Aplikasi Griya Luhu
Sabtu, 07 September 2024 | Dibaca: 280 Pengunjung
Pemateri startup dan Inovasi Iklim by Alfina Febriyanti CEO Griya Luhu, mengedukasi warga Kedonganan, Badung, dan Desa Munti Gunung, Karangasem, untuk edukasi sampah, Sabtu (7/9/2024).
Pengelolaan sampah melalui pemilihan memanfaatkan aplikasi bernama Griya Luhu. Pemilahan sampah ini diterapkan warga Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung.
Menurut pemateri Startup dan Inovasi Iklim, Alfina Febriyanti CEO Griya Luhu bahwa upaya dini pemilihan sampah diakui telah berjalan sejak Tahun 2022, dengan pola sampah dikelola melibatkan masyarakat yang tujuannya memberikan dampak positif lingkungan.
"Jadi pemilahan sampah dari rumah tangga kami lakukan sejak Tahun 2022 di Desa Kedonganan. Menariknya, di sini warga Desa Kedonganan yang membayar sampah yang datang, lalu dihitung berat sampah dan macam jenis sampahnya, di sana menggunakan aplikasi Griya Luhu untuk membayar sampah ke petugas terkait," ujar Alfina, Sabtu (7/9/2024) di Hotel Neo Denpasar, dalam sesi pelatihan jurnalistik bersama Aliansi Jurnalis Denpasar (AJI).
Sebelumnya mengenai pengelolaan sampah, lanjut Alfina masih bersifat konvensional. Namun, kekinian aplikasi Griya Luhu digunakan untuk penganguktan lebih terjadwal, termasuk menilai jumlah sampah yang dihasilkan masing-masing rumah tangga.
"Kami gunakan aplikasi Griya Luhu, ada barcode-nya. Di mana nantinya 3 skor tertinggi dianggap layak untuk diajak tirtayatra. Bahkan, tiryayatranya tidak hanya agama Hindu, agama lainnya bisa ikut sambil berekreasi," katanya.
Tercatat 1 KK dapat menghasilkan 2 Kg sampah per hari, rata-rata desa dengan segmentasi pariwisata yang paling banyak menghasilkan sampah.
Sedangkan di Kedonganan, Badung, masih relatif tertanggani berkat kesadaran masyarakatnya yang sudah terbentuk secara baik.
"Jadi Desa Adat Kedonganan kami libatkan untuk memilah sampah. Kita edukasi bahwa lewat pemilahan sampah dari rumah tangga, maka kita sudah akan membantu secara tidak langsung petugas di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Edukasi terhadap masyarakat tujuannya supaya mereka saling peduli, khususnya terkait masalah lingkungan," tegasnya.
Alfina juga memaparkan edukasi lingkungan dan masalah sampah tidak saja di Desa Kedonganan, tetapi juga menyasar ke Desa Munti Gunung, Karangasem.
"Warga Desa Munti Gunung, awalnya masih belum mengetahui dampaknya jika membuang sampah sembarangan. Di Munti Gunung kami bergerak sejak Tahun 2022, lalu kami beri edukasi secara rutin, masalah sampah plastik, daun, hingga pengelolaan Residu. Akhirnya, warga Desa Munti Gunung mampu mengelola sampah secara maksimal dan baik," pungkasnya. 012
TAGS :