Peristiwa
Bisnis Pengusaha Lokal Tergerus Wisman, Aturan Pemerintah Mesti Tegas
Senin, 22 Mei 2023 | Dibaca: 494 Pengunjung
Pemerhati pariwisata sekaligus politisi Golkar Bali, Komang Takuaki Banuartha soroti Wisman yang ambil alih lapangan pekerjaan masyarakat lokal, khususnya di wilayah Ubud, Gianyar, Senin (22/5/2023).
Siklus pariwisata Bali, yang tengah bangkit pasca pandemi Covid-19, tentu dilalui dengan tidak mudah oleh masyarakat Bali. Namun begitu, kedatangan wisatawan mancanegara (Wisman) masih kerap ditemukan melanggar ketentuan tinggal. Baik dari sisi lama izin tinggal dan pelanggaran di marga jalan umum yang kerap tampak, serta dikeluhkan masyarakat.
Pemerhati sekaligus pelaku pariwisata, Komang Takuaki Banuartha menilai tidak sedikit temuan Wisman yang kerap menyalahi izin lama tinggal di Bali. Mereka pula, ada yang membuat usaha dengan merangkul rekan sesama negara mereka. Usaha-usaha yang mestinya digarap oleh masyarakat lokal, justru dilihat menjadi peluang bisnis bagi Wisman. Dampaknya, diam-diam Wisman pun mulai mencoba mengambil alih usaha lokal masyarakat Bali
"Apakah sesuai tidak dengan aturan mereka membuat usaha? Meski sudah ada tindakan Imigrasi dan deportasi, tentu saja masih banyak yang belum tersentuh. Seperti sekarang di Ubud, di mana budaya sangat kental di Ubud. Terdengar ada 'Kampung Bule' Rusia, membuat suatu kegiatan di Ubud, seperti ada kursus naik sepeda motor di Sayan, kafe kecil dekat Kuburan Sayan, pengelolaan villa, laundry, dan lain-lain. Nah, kalau begitu bagaimana nasib pengusaha lokal kita," tegasnya, Senin (22/5/2023).
Baca juga:
Tingkatkan Wisata dan Ekonomi, Ini Strategi Pemerintah Lewat Satgas Tata Kelola Pariwisata
Pemerintah diharapkan segera melakukan aksi turun ke lapangan, terlebih jangan sampai ada pembiaran di wilayah Gianyar. Selain itu, pemerintah diharapkan melindungi masyarakat, bukan sebaliknya investor asing yang telah melanggar aturan.
"Soal pelatihan mengendarai motor misalnya, kenapa bisa jadi ada pembiaran oleh Desa Sayan? Apalagi itu (tempat Wisman latihan-red) itu adalah lahan milik desa setempat. Sedangkan, untuk Kampung Bule, mereka menyebar, ada di Tegalalang, dan lainnya," bebernya.
Komang Takuaki memaparkan, dari segi pemasaran tentu saja orang asing lebih gesit memasarkan terhadap rekan senegaranya. Salah satunya, usaha sewa kendaraan bermotor yang dirintis oleh warga lokal di Ubud, terganggu karena ada muncul usaha serupa milik orang asing.
"Usaha yang dirintis warga lokal dari kecil hingga mempunyai puluhan motor, tiba-tiba sekarang ada orang asing membuat usaha atau bisnis yang sama. Dengan memiliki jumlah kendaraan lebih besar dan harga ditawarkan relatif murah. Dalam kompetisi bisnis, ini kan sudah namanya 'membunuh' pengusaha lokal. Nah, dari masalah ini tindakan apa yang akan pemerintah ambil? Harus ada tindakan supaya pengusaha lokal kita menjadi nyaman berusaha. Mungkin saja ada tindakan, tetapi tidak signifikan sehingga masih ada ditemukan kasus serupa di lapangan," tegasnya.
"Ia (Wisman) berusaha membuat bisnis dengan modal yang dibawa dari negaranya. Macam-macam usahanya, dari usaha kecil dan besar," papar Komang Takuaki yang juga politisi Golkar Bali ini.
Selain itu, bilamana Wisman mengambil alih bisnis masyarakat lokal, khususnya di daerah wisata atau desa wisata dapat menimbulkan pengangguran. Kondisi inilah patut diantisipasi pemerintah, melalui kewenangannya di lapangan, pemerintah diharapkan mampu lekas mencegah tindakan Wisman yang telah lama dikeluhkan masyarakat.
"Perlu diingat kembali, kita kena pandemi ini kan lama sekali sebelumnya. Ini baru mulai pulih, mereka (masyarakat) baru saja memulai usaha, lalu ada 'serangan' terhadap usaha lokal. Tolong pemerintah jelaskan aturan ke masyarakat, jangan sampai pemerintah juga terus disalahkan masyarakat," tegasnya.
TAGS :