Peristiwa

Aplikasi Jtrip Indonesia Karya Putra Bali, Putu Suciawan Siap Bersaing dan Bantu Tingkatkan Lapangan Kerja

 Senin, 17 Maret 2025 | Dibaca: 272 Pengunjung

JTrip Indonesia (Jtripi) karya Putu Suciawan asal Bali, berupa aplikasi online berbasis transportasi dan ticketing. Berhasil peroleh HKI DJKI Kemenkumham RI.

www.mediabali.id, Denpasar. 

Aplikasi online berbasis transportasi dan ticketing berhasil diluncurkan putra Bali bernama Putu Suciawan.

Aplikasi Jtrip Indonesia, bahkan sudah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI.

Menurut Putu Suciawan selaku Chief Executive Officer (CEO) JTrip Indonesia (Jtripi), dia berjuang untuk merumuskan pemenuhan kebutuhan masyarakat berbasis digital dan mencari investor. Tahapan yang dilaluinya ini tidak mudah.

"Kami sudah mendapat HKI, hal ini hasil karya putra Bali dan seluruh tim yang bekerja adalah anak bangsa yang siap bersaing di nasional maupun internasional. Kami sempat menemui kendala dalam mencari investor yang menyebabkan keterlambatan peluncuran. Tetapi kendala tersebut bisa teratasi ada beberapa investor yang masuk saat ini," katanya, Sabtu (15/5/2025).

Melalui langkah sigap masuknya investor, salah satunya yaitu Suresh Punjabi dan didukung terbentuknya tim legal. Maka aplikasi yang menggabungkan berbagai sistem terintegrasi, mulai dari transportasi online seperti taksi dan ojek, booking hingga ticketing ini dapat beroperasi.

"Kami  tidak saja terkait transport, tetapi juga ada ticketing sistem, tiketnya itu baik dari tiket tempat pariwisata, tiket bus, tiket pesawat, tiket kereta api di Jawa, tiket konser, bila perlu tiket nightclub. Kami punya hotel sistem booking, juga bisa cari kos-kosan, hotel, cari villa juga, jual beli properti juga bisa," imbuh Putu.

Maka segera setelah Google play Store dan App Store, JTrip juga segera mengembangkan media sosial bernama InTrip atau MyTrip, serta marketplace. 

Dari berbagai perkembangan aplikator terkemuka, ia yakin dan percaya dapat lebih bersaing dengan memiliki segmen dan market tersendiri. 

Menariknya diketahui, aplikasi JTrip Indonesia sudah memiliki sekitar 9.500 pengguna dan akan ditargetkan menggelembung sebanyak 6-7 juta pengguna dalam 3 bulan dan 50 juta pengguna dalam 6 bulan ke depan. 

Putu tidak memungkiri juga terbuka kerja sama dengan desa adat di Bali, untuk mengelola aplikasi dengan sistem sharing profit dan bisa memberikan pendapatan baru dan lapangan kerja di masyarakat.

"Kami ingin tidak hanya memberikan manfaat bagi pengguna, tetapi juga bagi masyarakat Bali secara keseluruhan," beber dia. 

Selama menjalankan aplikasi ini, Putu siap mematuhi aturan Gubernur Bali Wayan Koster, serta taat hukum berlaku. Ia memang ada tantangan terkait penolakan terhadap driver online di Bali, terutama masalah perang harga. 

Kedepannya Putu berharap pemerintah dapat membuat regulasi harga yang jelas untuk menghindari kecemburuan sosial.

"Kami terbuka untuk mengikuti aturan harga terendah dari pemerintah. Kami berharap pemerintah dapat membuat regulasi harga yang jelas agar persaingan terjadi berdasarkan konsep, bukan harga. Pemerintah harus memastikan harga minimum yang jelas agar persaingan terjadi berdasarkan konsep, bukan harga. Maka itulah, Bali dapat menarik turis berkualitas dengan harga yang sesuai," tegasnya.

Suciawan menyoroti isu terkait driver pendatang dan plat luar. Ia sepakat bahwa orang yang bekerja di Bali harus ber-KTP Bali dan kendaraan berplat DK Bali. 

Melihat kondisi driver online di Bali. Ia menekankan pentingnya berkelakuan yang baik dan mengimbau para driver untuk tidak parkir di bahu jalan, serta tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum, bahkan dalam berpenampilan harus sesuai aturan termasuk menggunakan sepatu dan celana panjang. 

Kemudian para mitra pun, JTrip memberikan cashback mingguan, bulanan, dan asuransi bagi para driver, termasuk santunan jika terjadi kecelakaan. Akan tetapi jumlah driver JTrip di Bali yang masih sedikit dibandingkan daerah lain, yaitu sekitar 2.500 driver sehingga masih harus digenjot.  

Tidak dipungkiri apabila orang asli Bali cenderung disibukan dengan urusan adat dan banjar. Meski begitu, dirinya tetap optimis jumlah driver terus mengalami perkembangan kedepannya.

Seperti yang terjadi di daerah lain di kota besar Jakarta dan Surabaya. Aplikasi ciptaannya ini justru digandrungi banyak masyarakat, akan tetapi ia tidak ingin bergesekan dengan aplikasi lain dan tetap sesuai regulasi berlaku di lapangan.

“Spesialnya lagi bisa mengurus visa untuk membantu orang Indonesia liburan ke luar negeri dan orang luar negeri yang datang, semua tertuang dalam satu aplikasi,” demikian tandasnya. 012

 


TAGS :