Olahraga
'Running Against Drugs' 8K di Ubud Bali, BNN RI Gaungkan Anti Narkotika bersama Peserta Luar Negeri
Minggu, 30 Juli 2023 | Dibaca: 315 Pengunjung
Kepala BNN RI Komjen Pol. Prof. Dr. Petrus Reinhard Golose, MM., mengingatkan kegiatan positif penting mencegah peredaran narkotika. Salah satunya BNN Run 2023 'Running Againts Drugs' di Monkey Forest, Ubud, Gianyar, Minggu (30/7/2023).
Tidak saja bernyanyi, faktanya Badan Narkotika Nasional (BNN) RI terus bergerak memberikan edukasi melawan narkotika dengan cara berbeda. Kali ini digelar BNN Run 2023 - Running Against Drugs 8K, dengan melibatkan 1.500 peserta yang start dan finish di pelataran halaman Monkey Forest Ubud, Gianyar, Minggu (30/7/2023).
Sebanyak 18 negara peserta BNN Run 2023 tidak saja datang dari Indonesia, ada pula dari Switzerland, Rusia, United Kingdom, Netherlands, Romania, Serbia and Montenegro, Australia, Ethiopia, Canada, Croatia, Belgium, Swedia, France, Korea, Republic of Kenya, Germany, dan United States.
Secara bergembira mereka berlari dengan menempuh jarak sejauh 8 Km di kawasan Ubud. Tujuannya selain memperoleh kesehatan dan juga menyelipkan edukasi bahaya narkotika, sekaligus mencegah peredaran gelap narkotika sebagai kejahatan transnasional. Kemudian tercatat para pemenang perempuan: 1. Rosemary Mumo Katua (Kenya); 2. Lucy Ndambuki (Kenya); 3. Zinashwork Ambi (Ethiopia). Pemenang laki-laki: 1. John Mburu Muiruri (Kenya); 2. Stephen Mungatia Mungambi (Kenya); dan 3. Charles Munyua Njoki (Kenya).
"Rangkaian Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) ditutup dengan Running Against Drugs 8K. Banyak peserta lari dari luar negeri, di mana kami sampaikan pesan Soft Power Approach, dan tentunya tidak boleh bosan. Kita dari BNN RI bersama stakeholder yang ada terus menyuarakan anti narkotika," ujar Kepala BNN RI Komjen Pol. Prof. Dr. Petrus Reinhard Golose, MM.
Prof. Golose mengungkapkan BNN RI juga mencegah barang haram narkotika masuk ke Indonesia. Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, pada bulan Juli 2023 diketahui perempuan masih mendominasi di Lembaga Pemasyarakatan (LP). Tidak dipungkiri pula apabila Bali menjadi 1 dari 20 provinsi di Indonesia, dengan penggunaan narkotika terbanyak.
"Jadi di LP untuk perempuan lebih dari tindak pidana yang lain (Tindak Pidana Umum, Korupsi, Teroris, Lingkungan-red) 20 Provinsi atau di atas dari 50 persen, dibandingkan narkotika. Diketahui narkotika ini masih lebih banyak di 20 Provinsi, termasuk Bali," katanya.
Pihaknya menekankan meski kelihatannya sepele, Prof. Golose mengakui hal ini menjadi tanggung jawabnya, tanggung jawab stakeholder dan seluruh jajaran di Indonesia, untuk selalu menggaungkan pencegahan peredaran gelap narkotika.
"Melalui berolahraga dapat memunculkan hormon endorfin (memunculkan perasaan senang dan bahagia-red). Bukan malah melalui stimulan narkotika," katanya.
Lebih lanjut, Prof. Golose menyinggung apabila sudah ada penanganan terhadap Fentanil di BNN RI.
"Yang kita antisipasi sekarang, sama yang terjadi di Amerika Serikat (AS), yaitu Fentanil. Jadi sudah ada yang direhabilitasi di BNN, tetapi bukan Fentanil yang seperti di US, tapi juga belum sampai dibuat seperti sekarang Metamfetamin yang dibuat di negara Myanmar. Sebab itu, masih penyalahgunaan yang dibawa keluar dari Farmasi. Saat ini, kami masih tetap memonitor dan kita awasi," bebernya.
Sedangkan, berdasarkan catatan BNN RI disebutkan Prof. Golose bahwa sebelumnya pada Tahun 2019 pelajar dan mahasiswa di Indonesia yang terlibat memakai narkotika mencapai 1,1 persen dan sesudah Covid-19 (2020) pelajar yang memakai narkotika hingga 1,38 persen.
"Ini menjadi konsen saya dalam rangka melakukan kegiatan semacam ini. Selain hitungan kuantitatif, maka harus diikuti kegiatan kualitatif untuk meminimalsir peredaran gelap narkotika. Melalui upaya menyelamatkan 1 anak bangsa, maka kita sudah menyiapkan 1 generasi emas berikutnya," pungkasnya. 012
TAGS :