Peristiwa

Prof. Antara Tutup Usia, Pernah Gaungkan Satyam Eva Jayate

 Kamis, 08 Agustus 2024 | Dibaca: 308 Pengunjung

Prof. Antara menghembusnya nafas terakhirnya, Kamis (8/8) pagi, diduga mendadak sakit panas dan diare.

www.mediabali.id, Denpasar. 

Duka dialami civitas akademika dan masyarakat Bali, di mana mantan Rektor Unud Tahun 2021-2023, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng., IPU., telah menghembusnya nafas terakhirnya pada Kamis (8/8/2024) Pukul 06.30 Wita.

Meski sempat viral dan bebas dari dakwaan dalam kasus Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI). Prof. Antara ternyata bebas, tidak lama kemudian akhirnya dipanggil Sang Pencipta.

Gede Pasek Suardika (GPS) selaku advokat dari almarhum Prof. Antara semasa menjalani persidangan, tidak menyangka klien sekaligus sahabatnya menghembusnya nyawa terakhir.

"Kami terhenyak kaget karena kami beberapa waktu lalu mendiskusikan tentang perkembangan terakhir adanya pemaksaan pemilihan Rektor Unud yang baru dan berpotensi ada tabrakan hukum jika putusan kasasinya turun memperkuat putusan bebas," kata GPS dikutip di media sosial Facebooknya.

GPS dengan Prof. Antara sempat berjanji untuk bertemu, sayangnya GPS masih sulit mengatur jadwal karena tengah menanggani beberapa perjara di Palembang, Jakarta, dan Denpasar.

"Dalam badan yang sehat, karateka pemegang sabuk hitam KKI ini meninggal dunia tentu hal yang sangat mengagetkan dan membuat sedih yang terdalam. Saya mengagumi jiwa keras dan semangatnya berjuang mencari keadilan. Lulusan Jepang dan Korea ini memang dikenal keras dan teguh dalam sikap, sehingga sangat nyaman kita sebagai Tim PH dalam memperjuangkan hak-hak hukumnya dengan cara yang tegas dan keras juga," kata GPS.

Almarhum Prof. Antara terakhir di laman IG-nya @profantara memposting foto dirinya pada tanggal 30 Juli 2024, dengan kaos putih dan berkacamata hitam.

GPS sempat menanyakan ke istri almarhum, di mana Prof. Antara diduga mengalami sakit mendadak dan merasakan rasa panas di tenggorokan dan kemudian berlanjut sakit di lambung atas yang mengakibatkan pendarahan hebat serta diare.

"Upaya medis dengan penambahan kantong darah sudah dilakukan dengan maksimal. Diare dengan mengeluarkan darah hitam dan lengket diduga menjadi penyebab utama kondisinya drop. Namun, upaya penambahan darah itu tetap tidak bisa menolong almarhum," kata GPS.

Lebih lanjut, almarhum Prof. Antara meninggal ditangan tim medis yang telah berjuang maksimal dan di dalamnya ada juga anak kandung beliau yang juga dokter ikut menangani, hingga menghembuskan nafas terakhirnya.

"Selamat jalan Prof. Perjuangan keadilan memang tidak mudah dan Prof. berjalan dengan damai di alam sana dalam status yang jelas bersih dari status sebagai narapidana. Prof telah menerima vonis tidak bersalah alias bebas murni. Hanya memang walaupun bebas murni, namun akibat ulah beberapa oknum jabatan Prof. sebagai Rektor belum dikembalikan dan status Pegawai Negeri belum kembali secara penuh. Alasannya karena putusan belum in kracht, padahal ketika jabatan dan status PNS Prof. dicopot malah masih berstatus tersangka, bukan sudah putusan bebas. Itulah hukum kita yang sering membuat Prof. bingung ketika diskusi dengan kami," beber GPS dengan tegas.

Dikatakan GPS bahwa pejabat yang mentersangkakan naik pangkat, oknum yang mendorong kasus ini bergulir juga masih banyak memegang jabatan.

"Perjuangan belum selesai di alam ini, masih bisa diperjuangkan di alam sana. Doa kami selalu menyertai. Keadilan tidak mudah dihadirkan, tetapi tetap harus diperjuangkan," tutup GPS advokat dan politisi senior ini.

Salah satu kutipan almarhum Prof. Antara di laman IG-nya pada Sabtu (24/2) lalu menyatakan bahwa suatu kebenaran akan menemukan jalannya.

"Satyam Eva Jayate. Suatu frasa yang berarti kebenaran akan selalu berjaya. Frasa dari naskah Hindu sakral yang saya jadikan prinsip, hingga mengantar saya jeruji besi. Saya percaya Tuhan dan hukum karma akan selalu menyertai setiap langkah kita di dunia. Rahayu," ungkap almarhum Prof. Antara. 012

 


TAGS :