Peristiwa
Perkuat Aturan dan Pemandu Pariwisata Resmi di Bali, Komang Banu Harap Saring Wisman Berkualitas
Selasa, 06 Juni 2023 | Dibaca: 486 Pengunjung
Pemerhati sekaligus pelaku pariwisata Komang Takuaki Banuartha, menyoroti ulah oknum Wisman pelaku pelanggar aturan dan etika kultur budaya di Bali, Selasa (6/6/2023).
Pariwisata Bali pasca pandemi Covid-19 mulai bangkit seiring kedatangan Wisatawan Mancanegara (Wisman) dari berbagai negara melancong ke Pulau Dewata. Di tengah ekonomi Bali yang mulai membaik, sektor pariwisata justru menuai sorotan lewat ulah oknum Wisman yang dirasakan publik Bali, menciderai kultur budaya Bali.
Marak pemberitaan kasus oknum Wisman, seperti tampilnya bule perempuan asal Jerman insial DJ (28) yang bertelanjang tubuh muncul saat pementasan tari Bali di stage Puri Saraswati Ubud; Bule wanita inisial CAP asal Denmark yang menampilkan isi roknya di atas motor di kawasan Seminyak, Kuta, Badung; WNA asal Rusia inisial LC di mana sengaja melepaskan celana dan memperlihatkan alat kelaminnya saat berdiri di atas Puncak Gunung Agung, Kabupaten Karangasem; WNA inisial HB (32) diduga melakukan penyalahgunaan izin tinggal di Bali, dengan menjadi fotografer; Dua bule Amerika, inisial MES dan VR diduga terlibat pengeroyokan lalu menusuk warga lokal inisial GALW (27) di Jalan Raya Denpasar-Sangeh, Desa Sibang Gede, Kec. Abiansemal, Badung, di mana pelaku sudah diamankan di Polsek Abiansemal Badung, dan kasus lainnya.
"Sepertinya di Bali sedang terjadi masalah, salah satunya seperti Wisman yang berboncengan dan memperlihatkan hal-hal yang tidak wajar (oknum WNA Denmark memperlihatkan isi rok-red)," ujar Ketua Pengurus Daerah Kolektif (PDK) Kosgoro Provinsi Bali Komang Takuaki Banuartha, Selasa (6/6/2023).
Pemerhati sekaligus pelaku pariwisata yang akrab disapa Komang Banu ini menegaskan Pemprov Bali, sudah saatnya menegakan aturan lebih tegas terhadap Wisman yang notabene tidak berkualitas.
"Sekarang apa yang harus kita pikirkan itu adalah aturan. Seperti keberadaan tamu, saya dengar diduga ada tamu menusuk warga lokal. Itu kejadian baru kali ini sampai berani ada tamu menusuk warga lokal, saat diduga si tamu diminta pertanggung jawabannya karena menabrak mobil korban, dia malah melakukan perlawanan. Nah, di mana wibawa Bali? Maka itu, aturan harus ditegakkan," tegas Komang Banu sekaligus politisi Golkar Bali ini.
Selain itu, Komang Banu memaparkan sebagai pelaku pariwisata dia mengakui pentingnya ada contract rate hotel, terhadap tipe harga kamar yang diberikan pihak hotel ke travel agent berdasarkan term and condition. Diduga ini karena melalui online, jadi hal ini tidak berlaku, dan akhirnya melihat situasi.
"Begitu low season, hotel menjadi murah. Hotel bintang 4 bahkan bisa sama seperti bintang 2 harganya. Kenapa di online tidak diberlakukan hal yang sama? (contract rate hotel). Sejak adanya online, tamu menjadi kurang tersaring. Terus kita sekarang ini menyaring tamu berkualitas, tentu harus dengan aturan pastinya dan aturan itu harus benar-benar dijalankan," tegasnya.
Komang Banu mengungkapkan saat pemerintah atau para pelaku pariwisata hendak menyaring dan mencari wisatawan yang berkualitas, minimal rekening uang pelancong Wisman ini di bank harus mencapai Rp50 Juta.
"Maka dengan begitu dia akan 'menyaring' dirinya sendiri, mampu atau tidaknya dia datang (melancong ke Bali-red). Jangan sampai baru kita sepi, lalu kita mengobral Bali dan berujung merugikan kita sendiri," bebernya.
Sedangkan, kini adanya wacana di publik Bali dalam penegakan hukum terhadap larangan menaiki gunung di Bali, tentu saja perlu dikaji kembali mengenai urgensinya. Sebab, konsep nyegara gunung telah turun temurun dilakukan masyarakat. Sedangkan, bagi Komang Banu jika melarang menaiki gunung sebagai suatu keharusan mendesak, tentu aturannya harus ditegakan semua, termasuk ditentukan areal-areal mana saja yang tergolong kawasan yang disucikan. Ia pun menilai selama ini, adanya 'gangguan' diakibatkan oleh ulah segelintir oknum Wisman.
"Larangan menaiki Gunung itu juga harus jelas. Sebab kita orang Bali, semuanya menjaga kesucian, mengapa baru sekarang dijaga kesuciannya (wacana kesucian gunung-red). Kan dari dulu Gunung itu dijaga kesuciannya, seperti konsep kita nyegara gunung. Kalau hanya gunung yang dianggap suci, lalu pantai bagaimana? Menurut saya, tolong dikaji kembali, karena itu (mendaki gunung) menjadi salah satu atraksi wisata juga," pungkasnya.
Komang Banu memberi solusi perlu ada pelatihan hingga pembentukan pos-pos pemandu wisata yang resmi di gunung yang kerap menjadi objek pariwisata. Pemandu wisata ini masih perlu diperbanyak dan mereka wajib memberi tahu batasan-batasan, serta aturan wisatawan saat naik ke atas gunung, sebab mereka yang lebih banyak tahu di lapangan terkait areal yang masyarakat sekitar sucikan.
"Satu pemandu dia harus menjaga kebersihan gunung dari wisatawan yang dibawa atau dia kawal. Sampah tidak boleh dibuang di areal pendakian. Bila perlu ada pos-pos di setiap pendakian untuk pengawasan. Lebih dari lima orang wajib memakai pemandu wisata. Kan lebih baik kita atur seperti itu," tegasnya. 012
TAGS :