Kesehatan
Pasien Anak Asal Jembrana Jalani Bedah Jantung Terbuka Perdana di RS Prof. Ngoerah, Komitmen Pacu Metode dan Mutu Operasi Berskala Internasional
Jumat, 29 September 2023 | Dibaca: 365 Pengunjung
RS Prof. Ngoerah memacu peningkatan jaminan metode dan mutu operasi, melalui evaluasi pasca operasi. Salah satu operasi jantung terhadap pasien anak perempuan asal Jembrana, Jumat (29/9/2023).
Proctoring complete Atrioventricular Septal Defect (AVSD) perdana atau pelaksanaan bedah jantung terbuka perdana terhadap anak dilakukan tim dokter di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar.
Pasien Ni Putu Ananda Chrisna Mahendra (9) mendapatkan penanganan atas AVSD diduga terdapat kelainan berupa defek pada septum atrioventricular (AV) di atas atau di bawah katup AV (kelainan sekat dinding jantung). Hal ini disertai kelainan katup AV yang terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari endokardial cushion pada masa janin. Selanjutnya, AVSD mewakili 4% sampai 5% bawaan cacat jantung.
Putu Agus Mahendra (34) yang merupakan orang tua Ni Putu Ananda Chrisna Mahendra (9) menceritakan sehari-hari anaknya beraktivitas normal, namun belakangan kerap mengalami rasa kelelahan dan ada muncul warna kebiru-biruan di lengan tangannya.
Saat diperiksa ke dokter di RSU di Negara, diketahui detak jantung Putu Ananda yang lahir pada 1 November 2014 ini muncul seperti tidak beraturan.
"Kadang-kadang kalau lelah, muncul dia petanda seperti agak kebiru-biruan di beberapa titik di lengan tangan," ujar Agus Mahendra ditemui wartawan di Denpasar, Jumat (29/9/2023).
Sang anak sempat diopname selama seminggu di RSU di Negara, akhirnya disarankan dirujuk dan diperiksa kembali ke RSUP Prof. Ngoerah, hingga kini dilakukan proses operasi jantung.
"Sejak lahir normal secara fisik, tetapi dalam perjalanan pertumbuhannya terganggu di usia 2,5 tahun, tapi saat 2,5 tahun itu kami belum tahu ada gangguan jantung. Tanda-tandanya baru terlihat seperti cepat lelah, sering sakit. Sekarang usia anak saya 9 Tahun, berat badan terakhir kurang lebih 22 Kg. Usai Nyepi (Akhir Maret 2023) baru kami melihat kecurigaan pertama, pertama muncul asam lambung dan masuk ke UGD RSU di Negara, dokter pun curiga karena irama jantung anak saya yang tidak menentu. Setelah opname baru ketahuan ada sakit jantung, lalu dirujuklah ke RS Prof. Ngoerah di Sanglah. Operasi ini memakai BPJS," tegas Agus.
Baca juga:
Perkokoh Perekonomian Daerah, BPR Kanti di HUT Ke-34 Apresiasi Nasabah dan Desa Adat di Bali
Agus rutin mengingatkan sang anak untuk menjaga diri, supaya tidak mudah lelah selama beraktivitas dan bermain di luar rumah.
"Kalau komunikasi anak masih cukup baik. Syukurnya pula semangatnya untuk berobat cukup tinggi," katanya.
dr. I Wayan Sudana, M.Kes., Direktur Utama RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar mengatakan terhadap pasien anak Putu Ananda yang saat ini menjalani operasi jantung menggunakan BPJS, tetap akan mendapatkan pelayanan terbaik dari tim dokter RSUP Prof. Ngoerah.
"Jadi kalau BPJS itu kan tetap ada prosedurnya, jadi yang menentukan prosedurnya ini adalah BPJS, maksudnya tindakannya. Termasuk obat-obatannya. Asal itu BPJS pasiennya persyaratannya harus dipenuhi. Sama seperti putrinya (Agus Mahendra-red), tapi tetap dilengkapi persyaratannya," tegasnya.
Lanjut dr. Wayan Sudana, ia tidak lupa memberikan apresiasi dan terima kasih terhadap tim RS Jantung Harapan Kita yang turut mendampingi tim RSUP Prof. Ngoerah, dalam menangani operasi jantung yang selama ini belum bisa tertangani. Maka itu, RSUP Prof. Ngoerah, diharapkan pula dapat melakukan penanganan kasus jantung dan operasinya secara mandiri kedepannya.
"Tentunya ini sejalan dengan program Menteri Kesehatan RI agar rumah sakit terdekat di daerah bisa menangani kasus-kasus jantung yang dialami masyarakat setidaknya dari level ringan hingga sedang,” imbuhnya.
Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP (K)., M.A.R.S., selaku Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta menuturkan selain peralatan penanganan jantung, ke depan akan terus ditingkatkan endoskopi dan robotic surgery atau bedah toraks. Termasuk pula transfer knowledge dan skill ke daerah, teknologinya juga akan didukung Kementerian Kesehatan RI, demi mencegah ketertinggalan ilmu kedokteran dari negara-negara lainnya.
"Kami ingin memberdayakan rumah sakit di daerah, sehingga proses transfer knowledge (pengetahuan deteksi dini di dalam kandungan-red) dan skill itu dapat merata. Dari itu teman-teman dokter dapat melakukan tindakan (operasi jantung dewasa dan anak). Saya percaya teman-teman di Bali dapat melakukan dan memiliki komitmen yang kuat," ujarnya.
dr. Iwan Dakota tidak menampik memberi pendampingan kepada RSUP Prof Ngoerah secara berkelanjutan selama 2 Tahun. Kemudian sebelum rentang waktu tersebut diyakini RSUP Prof. Ngoerah sudah mampu melakukan tindakan secara mandiri. RSUP Prof Ngoerah selain memiliki jejaring residen, pun menjadi pengampu atau supervisi untuk regional wilayah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian Papua.
Dr. dr. I Ketut Putu Yasa, Sp.B., Sp.BTKV (K) selaku Dokter Spesialis RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar menegaskan untuk penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dokter sudah dilakukan pendirian pusat-pusat pendidikan, termasuk di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.
RSUP Prof Ngoerah sendiri mampu melakukan operasi jantung terbuka sejak Tahun 1999. Lewat momentum tersebut sudah disupervisi atau didampingi oleh tim dari RSJPD Harapan Kita.
"Bedah jantung termasuk yang di level middle dan sub spesialis, sehingga itu dapat kami siapkan, yang akan disetarakan internasional. Maka untuk itu kurikulum harus dievaluasi terus dan kami yang bertanggung jawab itu tentang kapasitas dari kemampuan ahli bedah jantung. Sub spesialis pada level bukan robotic, sudah ada tapi belum seluruh provinsi. Diperkirakan masih ada sekitar 11 Provinsi belum memiliki standar ahli bedah jantung. Kemudian setiap provinsi nanti harus minimal ada dua sub spesialis jantung dewasa dan jantung anak, nanti naik lagi dengan mendidik yang mampu robotic," bebernya. "Usai operasi tim dokter, akan tetap ada observasi terhadap pasien pasca operasi oleh ahli bedah jantung," tegasnya lagi.
dr. Budi Rahmat, Sp.BTKV dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta menambahkan anak yang usai mendapatkan operasi mampu diharapkan tetap mendapatkan perhatian orang terdekatnya, termasuk untuk tumbuh kembangnya diyakini akan seperti anak pada umumnya.
"Harapannya dapat mengikuti laju tumbuh kembang anak, jadi sesegera mungkin dikoreksi dan operasi sehingga anak itu dapat segera mengejar ketertinggalannya. Tidak ada pantangan untuk si anak, sehingga dikembalikan ke si anak untuk beraktivitas normal," tuturnya.
dr. Affan Priyambodo Permana, Sp.BS (K)., selaku Direktur Medik, Keperawatan, dan Penunjang RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar menambahkan apabila kapasitas kamar operasi kita sudah sama levelnya dengan taraf nasional dan internasional.
"Tentu operasi jantung sangat kompleks, ini dokter bedah, Anestesia-nya jago semua. Termasuk ada yang mengatur mesin-mesin di kamar operasi, mesin yang paling baik untuk RS Prof. Ngoerah. Termasuk metode dan mutu operasinya kami jamin. Persiapan dan pasca operasi jantung, tidak hanya satu pasien tetap kami evaluasi berkala dengan hasil yang kami harapkan dapat terus meningkat. Ke depan supaya kami dapat menjadi pengampu Bali dan Nusra," tegasnya. 012
TAGS :