Peristiwa

Pameran Pinara Pitu di Griya Santrian Sanur, Kelompok 7 Tampilkan Karya Arsip Perjalanan dan Lukisan Terbaru

 Jumat, 05 Juli 2024 | Dibaca: 764 Pengunjung

Pengelola Griya Santrian Art Gallery, Dollar Astawa (paling kiri), berfoto dengan seniman Kelompok 7 dalam pameran arsip 1990-2024 dan lukisan terbaru tahun 2024 di Griya Santrian, Denpasar Selatan, Jumat (5/7/2024).

www.mediabali.id, Denpasar. 

Kelompok 7 dibentuk dari kegemaran mahasiswa asal Bali, pecinta seni rupa yang dahulu berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sebelum ada Kelompok 7, terdapat Kelompok Sanggar Dewata Indonesia (SDI) yang lahir terbentuk atas inisiasi Nyoman Gunarsa, sebagai salah satu cikal bakalnya terbentuk komunitas seni lukis dan tempat berkumpulnya anak-anak Bali yang kuliah di ISI Yogyakarta, terutama kisaran Tahun 1990, 1995, 1996.

"Dulu pameran kita selalu bareng-bareng, bisa 100 karya dalam satu pameran. Seiring waktu berjalan kami lalu membentuk kelompok kecil, supaya pecinta seni lukis bisa lebih memahami karya kami. Awalnya membentuk Kelompok 9 saat masih di Yogya, kami sempat pameran di Dewan Kesenian Surabaya. Berlanjut, kami akhirnya pulang ke Bali dan membentuk Kelompok 7 sekitar 1986. Pengalaman Kelompok 7 sudah ke berbagai tempat di Indonesia," ucap Nyoman Erawan asal Sukawati, Gianyar, yang diwawancarai di Griya Santrian Gallery, Jumat (5/7/2024).

Melalui acara 'The Opening Archive and Artwork Exhibition by Kelompok 7 Sanggar Dewata Indonesia (SDI) in Collaboration with Gurat Art Project'. Pameran Pinara Pitu ini ingin mengulas kembali secara mendalam karya seni lukis Kelompok 7, bekerja sama dengan Gurat Art Project.

"Tujuan pameran ini memperkuat sejarah perjalanan dan perkembangan kami, sehingga kami membuat pameran karya seni dan pameran arsip. Di sini kami bekerja sama dengan teman-teman Gurat Art Project, yang mana membuat kami sepakat untuk menggarap pameran ini," ujarnya.

Erawan menceritakan ada 7 seniman dari Kelompok 7 di pameran Pinara Pitu ini antara lain: Made Djirna, Nyoman Erawan, Made Buliana, Nyoman Wibawa, Made Sudibia, Beni Yudha, Made Rutha.

"Karya-karya seniman di ruang utama, mereka menampilkan 2 karya terbaru di Tahun 2024. Sedangkan di ruang arsip, kami memamerkan karya-karya pada waktu kami pertama kali pameran di Museum Neka, Museum Rudana, dan karya lainnya di Tahun 1990-an. Pameran arsip terkait dengan catatan-catatan tentang proses perjalanan kami selama bergelut di bidang seni rupa. Menariknya, pameran arsip ini termasuk baru dilakukan oleh seniman perupa pelukis, sebab kami memiliki catatan dan bekerja sama dengan Gurat Art Project yang menanggani dari sisi riset, wawancara melalui beberapa tokoh-tokoh yang kami anggap tahu tentang perjalanan kami," ucap Erawan ketika bercerita tentang proses terjadinya pameran Pinara Pitu ini.

Diungkapkan Erawan, beraneka sumber dan riset yang dipakai untuk pameran ini, tentu saja berkaitan dengan data-data dari sumber tokoh-tokoh, kliping koran zaman periode 1990-2000 an, dan lainnya.

"Kami mengusung rasa kebersamaan. Pameran Pinara Pitu ini dalam Sastra Bali diartikan sebagai konsep nada dalam musik. Kami meminjam nama itu untuk dipakai dalam pameran kami ini. Maksudnya, kami yakini baik musik, seni budaya, dan lainnya adalah bagian dari kesenian itu juga. Sebab, nada ada di semua wilayah seni, termasuk di seni rupa. Nada hadir dapat mewakili setiap individu," paparnya.

Dari lubuk hati terdalam, Erawan berharap pameran arsip ini mampu menjadi pelajaran. Baginya, keberadaan arsip sangatlah penting. "Karena dengan arsip itu, kita mengetahui masa lalu kita. Kami juga membutuhkan koreksi untuk berbuat lebih baik kedepannya," tegasnya.

Diungkapkan Pengelola Griya Santrian Art Gallery, Dollar Astawa, bahwa para seniman Kelompok 7 yang datang dalam pameran arsip dan lukisan ini, dahulu mereka pada zamannya mampu mendobrak tumbuhnya kelompok-kelompok baru seni lukis lainnya di Bali.

"Para seniman Kelompok 7 mengadakan pameran Pinara Pitu, dahulunya saat kembali dari Yogya, mereka ini mampu mendobrak seni lukis di Bali. Kita akan belajar dari jejak-jejak beliau ini, termasuk pemerintah agar bisa menghargai tokoh dan maestro-maestro di Bali. Sebab, jejak beliau ini bisa diketahui generasi muda saat ini. Kami akan adakan pameran ini sampai Juli-Agustus 2024. Selain arsip, kami adakan pameran lukisan terbaru 2024. Diketahui bahwa Kelompok 7 di Bali, yang membuat ada kelompok-kelompok lukisan lainnya ternama di Bali dan Indonesia," pungkasnya. 012

 


TAGS :